TEORI PERKEMBANGAN RENTANG HIDUP
ERIKSON
A. Sejarah
Singkat Erikson
Erik Erikson lahir di Franfrurt Jerman, pada tanggal 15 Juni 1902. Dia adalah ahli analisa jiwa dari Amerika, yang membuat
kontribusi-kontribusi utama dalam pekerjaannya di bidang psikologi pada pengembangan
anak. Ayahnya
meninggal dunia sebelum ia lahir. Saat remaja, ibunya menikah lagi dengan psikiater yang bernama Dr. Theodor
Homberger.
Buku pertamanya adalah Childhood dan Society yang
dipublikasikan pada tahun 1950. Saat ia melanjut pekerjaan klinisnya dengan anak-anak muda, Erikson
mengembangkan konsep krisis perasaan dan identitas sebagai suatu konflik yang
tak bisa diacuhkan pada masa remaja. Beberapa karyanya antara lain buku yang berjudul Young Man Luther (1958), Insight
and Responsibility (1964), Identity (1968), Gandhi's Truth (1969). Erikson pun wafat pada 12 Mei 1994.
B. Tahap
Perkembangan Manusia
Erikson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang
bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui
oleh manusia, yaitu :
Tahap 1. Trust VS Mistrust ( Percaya VS Tidak Percaya )
- Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.
- Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
- Perkembangan kepercayaan bayi didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari orangtua ataupun pengasuh.
- Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Apabila pengasuhannya tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak akan menimbulkan perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh.
Tahap 2. Autonomy VS Shame and Doubt ( Otonomi VS Malu dan Ragu)
a.
Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
- Tingkat kedua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
- Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
- Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
Tahap 3. Initiative VS Guilt ( Inisiatif VS Rasa Bersalah )
a. Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
b. Selama masa usia prasekolah atau masa kanak – kanak awal. Mereka merasakan dunia
sosial yang lebih luas dan mendapat banyak tantangan.
c. Anak yang berhasil dalam tahap
ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
d. Mereka yang gagal mencapai tahap
ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.
Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul
apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
Tahap 4. Industry VS Inferiority ( Usaha VS Rasa Rendah Diri )
a. Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
b. Melalui interaksi sosial, anak
mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
c. Mereka mulai berusaha menuju penguasaan pengetahuan
dan keterampilan intelektual.
d. Anak yang didukung dan diarahkan
oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan
ketrampilan yang dimilikinya.
e. Anak yang menerima sedikit atau
tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa
ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
Tahap 5. Identity VS Identify Confusion (Identitas VS Kebingungan Identitas)
a. Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
b. Selama remaja ia mengekplorasi
kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
c. Anak dihadapkan memiliki banyak peran
baru dan status sebagai orang dewasa pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan
jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus.
d. Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan
cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai.
e. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak
peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan
identitas merajalela.
f. Bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal,
kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap
ini.
g. Namun bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan
muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.
Tahap 6. Intimacy VS Isolation ( Intim Vs Isolasi )
a. Terjadi selama masa dewasa awal
(20-an s/d 30-an tahun)
b. Erikson percaya tahap ini
penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap
berkomitmen dengan orang lain.
c. Mereka yang berhasil di tahap
ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
d. Erikson percaya bahwa identitas
personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian
telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung
memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering
terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.
e. Jika mengalami kegagalan, maka
akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.
Tahap 7. Generativity VS Stagnation ( Generatif VS Stagnasi )
a. Terjadi selama masa pertengahan
dewasa (40an s/d 50an tahun).
b. Selama masa ini, mereka
melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
c. Mereka yang berhasil dalam tahap
ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan
partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.
d. Mereka yang gagal melalui tahap
ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.
Tahap 8. Integrity VS Despair ( Integritas
VS Putus Asa )
a. Terjadi selama masa akhir dewasa
(60 tahun ke atas)
b. Selama fase ini mereka cenderung sudah mulai banyak bercerita tentang kehidupannya
dahulu.
c. Mereka pun melakukan cerminan diri atau merenungi kembali hidupnya dan mengevaluasi diri.
d. Jika hasil evaluasi ini positif maka mereka dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksaan hingga saat menghadapi kematian sekalipun.
e. Jika hasil evaluasi ini negatif maka mereka akan merasa bahwa hidupnya
percuma dan mengalami banyak penyesalan. Individu akan
merasa kepahitan hidup dan putus asa. Karena,
merasa hidupnya selama ini tidak layak untuk dijalani.
Manusia dapat naik
ketingkat berikutnya walau ia tidak tuntas pada tingkat sebelumnya. Setiap
tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan kemampuan dalam bidang
kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik, orang itu akan merasa pandai.
Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan baik, orang itu akan tampil dengan
perasaan tidak selaras.
>>> SEKIAN DAN TERIMA KASIH
<<<
0 komentar:
Posting Komentar